Tingkatan Iman
Tingkatan Iman
Banyak versi tentang
tingkatan iman. Versi yang pertama
adalah
1. Iman
Taqlid
Iman Taqlid adalah iman
ikut-ikutan, yaitu orang yang beriman dengan semua rukun iman tetapi hanya
ikut-ikutan saja. Pegangan Islamnya tidak kuat, prinsip Islamnya tidak kukuh.
Dia tidak memiliki alasan yang kuat mengapa ia beriman. Kalau ditanya, “Apa
bukti wujudnya Allah ?” Dia hanya mampu menjawab, “Saya mendengar orang berkata
ada, maka saya pun mengatakan ada”. Sandaran keyakinannya pada orang lain, dia
tidak memiliki dalil ‘aqli maupun naqli (dalil akal atau dalil Al Quran) untuk
membuktikan keyakinannya pada rukun iman. Mayoritas umat Islam hari ini, baik
berpangkat atau tidak, miskin atau kaya, bodoh atau bijak, adalah orang-orang
yang beriman taqlid. Mereka yang beragama Islam karena secara kebetulan
dilahirkan dari ibu dan bapak yang beragama Islam. Keyakinan mereka kepada
Allah hanya karena kebiasaan sejak lahir. Mereka lebih tahu tentang anatomi
seekor kuman yang sangat kecil, daripada Allah Yang Maha Besar. Mereka lebih
mahir tentang bentuk bumi yang sulit dan rumit daripasa suasana kiamat yang
dahsyat. Mereka lebih yakin dengan teori sains daripada janji-janji Allah yang
terkandung dalam Al Quran dan Hadist. Sifat orang yang beriman taqlid terhadap
agama Islam seperti daun kering yang ditiup angin kesana-kemari. Mereka tidak
dapat mengawal keyakinan nafsu yang liar, juga tidak sanggup berhadapan dengan
ujian. Menurut dalil yang paling jelas, iman taqlid ini tidak sah. Segala amal
ibadah orang yang beriman taqlid tertolak dan tidak mendapat pahala di sisi
Allah. Bila iman seseorang ini tidak diterima, seluruh amalannya tidak akan
diterima. Kalau orang ini mati dalam keadaan taqlid tanpa berniat menuntut ilmu
dan menambah iman, maka mati sebagai orang kafir dan kekal di dalam Neraka.
Tetapi Allah memberi maaf kepada orang yang terlalu bodoh, walaupun telah
belajar sungguh-sungguh tapi masih tidak dapat. Ada ulama yang mengatakan iman
taqlid bagi orang seperti itu, dengan syarat keyakinannya masih jazam.
2. Iman
Ilmu
Iman Ilmu adalah iman yang
berdasarkan ilmu, yaitu seorang yang telah mempelajari tentang Allah, malaikat,
kitab-kitab, nabi-nabi, hari kiamat dan lain-lain yang diwajibkan mengimaninya.
Ilmu minimal yang mesti dimiliki oleh seseorang yang membolehkan berada di
taraf iman ilmu adalah :
1. 20
Sifat yang wajib bagi Allah dengan dalil-dalil ‘aqli (akal) dan naqli (Al
Quran) secara ijmali (ringkas, tanpa kutipan yang terperinci)
2. 20
Sifat yang mustahil bagi Allah dengan dalil- dalil ‘aqli dan naqli secara
ijmali.
3. 1
Sifat yang mubah (boleh) bagi Allah dengan dalil-dalil ‘aqli dan naqli secara
ijmali.
4. 4
Sifat yang wajib bagi Rasul, 4 Sifat yang mustahil bagi Rasul dan satu sifat
yang boleh bagi Rasul dengan dalil-dalil ‘aqli dan naqli secara ijmali. Kesemua
sifat Allah dan Rasul yang berjumlah 50 itu diyakini dan difahami
sungguh-sungguh. 50 Sifat inilah yang terkandung dalam kalimat syahadat.
Inilah
yang dikatakan ‘aqaidul iman atau kesimpulan iman. Jika seseorang itu telah
mempelajarinya, memahami dan menyakininya maka orang ini dikatakan beriman
ilmu. Sifat-sifat orang yang beriman ilmu ialah:
1. Imannya
serta keyakinannya berasas dan kuat bertunjang pada akalnya.
2. Iktiqadnya
disertai dengan dalil yang kuat serta pegangan yang kokoh.
3. Mereka
benar-benar berada dalam fikiran tauhid yang mantap dan unggul, tidak mudah
goyang dan terpengaruh dengan faham dan ideologi selain Islam.
4. Walaupun
begitu, mereka tidak kuat melawan hawa nafsu dan syaitan.
5. Mereka
tidak takut pada Allah dan mudah berbuat durhaka pada Allah.
Mereka hanya mampu
mengatakan Islam tapi tidak mampu berbuat atau mengamalkannya. Mereka tidak
takut dengan ayat Allah yang berbunyi : “Wahai orang-orang yang beriman, jangan
kamu perkatakan apa yang tidak kamu lakukan. Teramat besar kebencian di sisi
Allah, apa yang kamu katakan tetapi tidak kamu lakukan” [As Shaf : 2-3] Jadi
iman ilmu belum lagi dapat menyelamatkan seseorang itu dari Neraka Allah,
karena imannya baru berasas di akal dan belum menjunam ke hati.
3. Iman Ayan
Iman Ayan, tarafnya lebih
tinggi dari iman ilmu. Hasil dari latihan yang bersungguh-sungguh, orang yang
beriman ilmu akan meningkat kepada iman ayan. Antara sifat orang-orang yang
beriman ayan adalah:
Imannya bertempat di hati
(jiwa), bukan lagi di pikiran sebagaimana orang beriman ilmu.
Hatinya senantisasa
mengingati Allah. Dia senantiasa mempunyai hubungan hati dengan Allah, firman
Allah : Mereka yang senantiasa mengingati Allah dalam waktu berdiri, waktu
duduk, dan waktu berbaring, dan mereka senantiasa memikirkann tenatng kejadian
langit dan bumi, seraya mereka berkata, “Wahai Tuhan kami, tidak Engkau jadikan
semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, jauhilah kami dari azab Neraka”.
[Ali Imran : 191]
Ibadahnya khusyuk dan
meresap ke hati.
Senantiasa merasakan
kebesaran Allah di mana saja berada dan menyerah diri kepada Allah tanpa syak
dan ragu, firman Allah : “Sesungguhnya orang yang sebenarnya beriman ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak
ragu-ragu berjihad dengan harta dan diri mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang- orang yang benar” [Al Hujurat : 15]
Hati sensitif dengan
Allah. Bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. Firman Allah :
“Bahwasanya orang Mukmin yang sebenar apabila disebut nama Allah, dan dibaca
ayat- ayat Quran, bertambah iman mereka dan hanya kepada Tuhan mereka (Allah)
saja mereka menyerah diri.” [Al Anfal : 2]
Semua perintah Allah,
kecil atau besar dipatuhi dan semua larangan Allah baik sesuai atau tidak
sesuai nafsunya, ditinggalkan dengan penuh kerelaan. Firman Allah : “Kami
dengar dan kami taat, mereka itulah orang- orang yang beruntung.” [An Nur : 51]
Terlalu sensitif dengan
dosa. Sabda Rasulullah : “Orang Mukmini itu, apabila terbuat sedikit dosa,
terasa seperti gunung yang besar, yang hendak menimpa mereka.”
Sangat berakhlak dengan
Allah dan dengan manusia. Hati senantiasa merasa khusyuk, takut, terasa diawasi
oleh Allah, tidak cinta dunia dll.
Sabar berhadapan dengan
ujian-ujian hidup. Sudah mampu mengamalkan Islam dalam diri, keluarga dan
masyarakat.
Senantiasa mendapat
bantuan dan pertolongan dari Allah.
Tidak lama di hisab di
akhirat dan mudah masuk ke syurga. Di dalam Al Quran, Allah memuji golongan
yang beriman ayan dan menamakan mereka dengan berbagai nama yang baik,
diantaranya : Solehin (orang-orang yang baik), Abrar (orang- orang yang
berbakti), Muflihun/Al faizun (orang- orang yang mendapat kemenangan), Ashabul
Yamin (orang yang akan menerima suratan amalan dari sebelah kanan di Padang
Mahsyar nanti.
1.
Iman Haq
Iman haq adalah iman yang
sebenarnya, yang dicapai sesudah iman ayan. Seseorang yang mencapai iman haq,
mata hatinya melihat Allah, artinya setiap kali ia melihat kejadian, hati dan
fikirannya tertumpu kepada Allah. Sifatnya ialah :
1. Ingatannya
kepada Allah bukan dibuat-buat, terasa hebat dan takut kepada Allah setiap
masa. Hatinya tidak lekang dari mengingati Allah, karam atau khusyuk dengan-
Nya.
2. Hati
tidak terpaut dengan dunia dan tidak dapat dilalaikan oleh nafsu dan syaitan.
Cintanya penuh pada Allah dan pada kehidupan akhirat.
3. Mereka
diberi gelar sebagai Muqorrobin oleh Allah, yakni orang-orang yang terlalu
dekat dirinya dengan Allah.
4. Kebaikan
orang soleh itu dianggap satu kejahatan oleh orang- orang Muqorrobin.
5. Mereka
lah yang dikenal sebagai wali Allah, karena memiliki sifat-sifat istimewa,
sebagaiman firman Allah : “Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak pernah merasa
takut dan duka cita” [Yunus : 62]
6. Hati
dihiasi dengan sifat-sifat mahmudah seperti zuhud, ikhlas, tawadhuk, dan
lain-lain.
7. Mereka
senantiasa menunaikan perintah Allah, tidak merasa gembira bila dpuji dan tidak
merasa hina bila dikeji.
8. Kebahagiaan
hati mereka lebih utama daripada uang. Mereka mendapat Al Jannatul ‘Ajilah atau
syurga yang disegerakan.
9. Mereka
cinta akhirat sebagaimana orang lain mencintai dunia. Mereka inilah yang layak
Allah serahkan dunia ini untuk diurus. Firman Allah : “Sesungguhnya Allah akan
wariskan bumi ini kepada orang yang soleh”. [Al Anbiya : 105
2.
Iman Hakekat
Iman hakekat ialah
peringkat iman yang tertinggi dan paling sempurna. Inilah taraf inam yang
dimiliki oleh para Rasul, Nabi, Khulafaur Rasyidin dan wali-wali besar, yaitu
para kekasih Allah. Mereka akan ditempatkan oleh Allah di dalam syurga yang
paling tinggi. Mereka dimasukkan ke dalam syurga tanpa melalui hisab. Hidup
mereka 24 jam asyik dengan Allah. Hati mereka kekal mengingati Allah dalam
tidur maupun berjaga. Setiap perbuatan mereka semua menjadi ibadah kepada
Allah. Ibadah mereka hebat, solat sunat paling kurang 300 rakaat sehari
semalam. Akhlak mereka terbaik dan termulia. Allah akan turunkan barakah di
mana mereka berada. Merekalah golongan super-scale akhirat. Hidup di dalam
Syurga Yang Maha Indah dan Maha Lezat. Allah karuniakan nikmat tersebut untuk
membalas cinta dan pengorbanan mereka yang sungguh besar. Setelah kita mengenal
peringkat mana iman kita, hendaklah kita meningkatkannya hingga mencapai
tingkat iman yang tinggi yang selamat sejahtera menuju Allah.
Komentar
Posting Komentar