Cerpen-Akan Kujaga Untuk Mereka
Udara di bis ini terasa semakin
sesak bersama anganku yang tak kunjung berhenti memikirkan seperti apa tempat
tugasku nanti. Namaku Rezy, seorang sarjana pendidikan yang baru beberapa bulan
yang lalu lulus dan saat ini sedang dalam perjalanan menuju tempat pengabdianku
yang pertama. Serangkaian tes yang diadakan oleh Dinas Pendidikan memutuskan
untuk menempatkanku di sebuah dearah antah berantah yang jangankan pernah
mengunjunginya, mendengar namanyapun baru sekali.
Enam jam sudah kulewati waktu
dengan bermenung di perjalanan ini hingga akhirnya bis yang kutumpangi memasuki
sebuah terminal yang tidak terlalu ramai layaknya terminal di kotaku . Terlihat
jejeran tukang ojek yang sibuk menawarkan jasa pada setiap orang yang melewatinya.
Aku menghampiri salah satu dari mereka.
“Ojek mbak .. “ si bapak tukang ojek menawarkan
dengan ramah.
“Iya Pak .. Tolong antarkan Saya ke Km. 8 ya Pak ..
“
“Waduh,, jauh emen tho Mbak, lima puluh ribu yo Mbak
.. “
“ Kok mahal sekali sich Pak ? Dua puluh ya ..”
“ Piye tho Mbak ? Km. 8 kui rong jam teka kene Mbak
. Dua puluh ora sanggup kulo Mbak ..”
Ya Tuhan, nich orang ngomong pake bahasa planet mana
lagi ? Pikirku dalam hati.
“ ya udah dech Pak, lima puluh juga tidak apa-apa. Yang penting sampai tujuan dengan selamat.”
“ ya udah dech Pak, lima puluh juga tidak apa-apa. Yang penting sampai tujuan dengan selamat.”
“ inggih Mbak, mari .. “
Dua jam perjalanan tambahan yang
begitu menyiksa pinggangku. Kuakui pemandangan alam di sini sangat sejuk dan
indah, tapi jalanan yang harus dilewati membuatku sulit untuk menikmati
indahnya panorama ini. Bebatuan besar dan kecil yang berserakan, ditambah lagi
lubang-lubang becek yang membuat penderitaan ini terasa semakin lengkap.
“ wes tekan lho Mbak ..” si Bapak tukang ojek
mengejutkanku dengan bahasa planetnya.
“oh iya .. Terima kasih Pak, ini ongkosnya ..”
“matur nuwun Mbak..”
Akhirnya sampai juga di kediaman
kepala desa yang akan menjadi tempat tinggalku untuk sementara waktu.
……
Hari pertama mengajar di satu-satunya sekolah di
desa ini.
“ selamat pagi Anak-anak .. “
“ selamat pagi Bu .. “
“ baiklah, sebelum memulai pelajaran, kita absen
dulu ya .. “
“ Armanto ! “
“ ada Bu ..”
“ Cahyo Kumolo ! “
“ kulo Bu ..”
“ Cahyo, kalau di dalam kelas tolong gunakan bahasa
Indonesia ya ..”
“ Kulo ndak begitu ngerti Bu ..”
“ ya sudah, nanti akan Ibu ajarkan bagaimana berbahasa
Indonedsia yang baik dan benar ..”
“ Selanjutnya, Sugiarti ..! “
“ dalem Bu Guru ..”
“ Kamu juga tidak bias berbahasa Indonesia Sugiarti
?”
“ Kulo ngerti Bu guru, tapi angel ngomonge ..”
Begitulah, sebagian besar
murid-muridku tidak bisa berbahasa Indonesia. Dan hal ini tentu saja menjadi
kendala yang cukup berat bagiku untuk mentransfer ilmuku pada mereka. Kurang
lebih enam jam aku bersusah payah mengajar mereka . Belum lagi kalau ada murid
yang bertanya dengan bahasa Indonesia yang ala kadarnya dan bahasa Jawa yang
lebih mendominasi. Ya Tuhan, mungkin aku harus kursus bahasa Jawa dulu sebelum
mengajar mereka.
….
Tak terasa sebulan sudah aku
mengajar di desa yang indah ini. Aku merasa mulai betah meskipun ada kesulitan
dalam hal komunikasi. Terkadang hal ini membuat aku teringat pada masa-masa
kuliah dulu. Masa-masa ketika aku dan teman-teman lebih senang menggunakan
bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari. Memplesetkan berbagai kata demi
mengikuti trend pergaulan. Seperti kata guru-guru SMA kami dulu, “ anak
sekarang senangnya memperkosa bahasa, bahasa persatuan yang telah diperjuangkan
para pemuda dalam sumpah pemuda dulu dipermainkan seenaknya”. Sekarang aku
mengerti semua itu. Betapa sulitnya kehidupan ini tanpa adanya bahasa yang
mudah dimengerti oleh semua orang. Terlebih dengan beragamnya suku bangsa di
Indonesia, adanya bahasa pemersatu merupakan hal yang sangat penting agar terhindar
dari kesalahpahaman. Aku berjanji, akan kujaga bahsa persatuan ini untuk
mereka. Aku akan berjuang agar anak-anak dan masyarakat di desa ini bisa
berbahasa Indonesia dan mencintai bahasa nasional ini. Mereka adalah generasi
muda bangsa yang kelak akan memperkenalkan dan melestarikan identitas bangsa
ini di mata dunia.
Komentar
Posting Komentar